Friday, February 6, 2009

MUTUDA Lutim






MUTUDA (Mukhayyam Tarbawi Terpadu) di bumi perkemahan pesantren wihdatul ummah.Malili, Lutim. Mukhayyam ini pada dasarnya untuk melatih kedisiplinan dan kekuatan fisik para kader dalam menjalani kehidupan di perkemahan. Adapun games yang dimainkan mulai dari trust fall para peserta dilatih kepercayaan dan keberaniannya, papan titian dan Piramida kemenangan. Adapun outbondnya mulai dari merayap di tanah kemudian melewati rintangan , melakukan flyng fox dari ketinggian +/- 10 meter dan juga abseiling dari jembatan ke sungai.

Read more...

Atraksi Beladiri







Atraksi beladiri yang dilakukan oleh Regu Pandu Keadilan DPD PKS Makassar pada acara Munasharah Palestina di area Monumen Mandala. Atraksi ini diawali dengan peragaan jurus beladiri KANA dikombinasi dengan jurus beladiri silat, kemudian sparing sesama pandu dengan menggunakan benda tajam (parang). Peragaan atraksi beladiri ini merupakan gambaran sederhana adanya kesiap-siagaan regu Pandu Keadilan dalam pengamanan pemilu 2009.

Read more...

Be Carefull: Zona Aman Aktivis Dakwah




Zona Nyaman yang Melalaikan

Dikaitkan dengan para aktivis da’wah yang insya Allah telah menyadari bahwa tak selamanya ujian dari Allah itu adalah dalam bentuk kesusahan dan celaan – karena boleh jadi ujian itu adalah dalam bentuk kenikmatan dan pujian-, maka hendaknya kita mewaspadai “zona nyaman” ini.

Zona nyaman yang dimaksud di sini adalah kondisi cepat puas dan merasa cukup dengan apa yang telah dicapai sehingga melalaikan ekspansi da’wah. Padahal seorang du’at tak seharusnya memiliki sifat cepat puas. Allah swt berfirman, “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sugguh-sungguh (urusan) yang lain.”(QS. Alam Nasyrah :7).
Sang aktivis dapat dikategorikan berada di zona nyaman, bila :
Pertama, disibukkannya aktivis pada masalah-masalah sepele internal organisasi – yang seharusnya tak perlu dipermasalahkan – sampai-sampai mengabaikan masalah eksternal yang jauh lebih urgen.
Kedua, banyak menghabiskan waktu dengan bercanda dan ngobrol sesama aktivis sehingga kurang intropeksi diri. Jika hal ini terjadi, maka sesungguhnya pada saat itulah kita barada dalam keadaan stagnan, tak bergerak.
Ketiga, para aktivis sibuk sendiri dengan agenda kegiatan-kegiatan islam, padahal orang-orang di luar aktivis sama sekali tak tersentuh, tidak ngeh dan yang lebih parah, tak tahu ada organisasi islam di kampus atau lingkungan mereka.
Keempat, para qiyadah (pemimpin) struktur organisasi islam, sibuk sendiri dengan agendanya. Ia mengetahui bahwa dirinya adalah qiyadah bagi para jundi, namun jundi-jundi itu sendiri tidak menyadari bahwa Anda adalah pimpinannya, sehingga tanpa sadar, siapakah pengikut-pengikutnya?
Kelima, merasa cukup dengan kondisi organisasi islam yang dirasa telah banyak pengikutnya. Padahal bagi seorang muslim tak ada kata berhenti berjuang, “Hingga tak ada lagi fitnah dan agama ini hanya milik agama Allah.” Terlebih, tak selayaknya kita bangga dengan jumlah, ... dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kamu sedikit pun...” (Qs.At-Tabah:25-26)
Keenam, puas dengan hanya berkutat di lingkungan sesama aktivis saja akibat terlena dengan aneka pujian dan kekaguman para pengikut kepada dirinya.
A’laa kulli hal, kita sebaiknya , merubah sudut pandang, terjun ke lapangan dan menjadikan yang batil itu sebagai agenda bersama untuk dihadapi. Ini bukanlah hanya tugas aktivis yang diterjunkan di siyasi saja, yang notabene memliki misi “merubah neraka menjadi surga”, tetapi juga tugas aktivis yang eksis di organisasi islam.

Zona Pergerakan

Mencapai “imun” tentu tak mudah, perlu mujahadah dan pembinaan yang terus menerus sebagai bekal terjun ke medan “pertempuran”.
Dan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa seorang muslim janganlah selamanya di dalam “border”, ia harus keluar dan berkiprah dengan imun akidah, tsaqafah dan akhlaknya.
Kalkulasi, hitung-hitungan jumlah kader untuk tidak menjadikannya management by feeling. Semisal, total jumlah mahasiswa di fakultas sebuah universitas yang terdiri dari enam angkatan berjumlah 15.000 orang dan aktivis da’wah di fakultas tersebut sebanyak 150 orang. Para aktivis yang berjumlah 150 orang ini akan merasa banyak dalam lingkungan mereka sendiri, namun mereka lupa melihat keluar bahwa masih ada 14.850 mahasiswa lainnya. Tak pelak, ini berarti para aktivis itu hanyalah 1 % dari keseluruhan mahasiswa di fakultas tersebut. Meski sebaiknya kita memang jangan menjadikan jumlah sebagai patokan keberhasilan atau kegagalan da’wah, namun ini dapat menyadarkan kita bahwa tidak selayaknya kita berada dalam zona nyaman. Dan sekali lagi, hal ini dikarenakan masih ada komunitas lain yang jauh lebih besar dari kita, yang belum tersentuh da’wah. Zona nyaman ini harus diganti dengan zona pergerakan dan menetapkan agenda “turun agenda” untuk merangkul 99 % lainnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya bila seseorang mendapat petunjuk hidayah melaluimu maka itu lebih baik dari dunia dan seisinya.”


(Al-Izzah No.13/Th. 5 / Mei 2005 M)

Read more...

Khalid bin Walid Radhiallahu 'Anhu (Panglima Surga)



“ORANG seperti dia, tidak dapat dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya ke dalam golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi tentang Khalid sebelum pahlawan ini masuk Islam.

Khalid dilahirkan 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Bani Makhzum, dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar, Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Di masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid mematahkan kaki Umar. Untunglah melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali.
Ayahnya seorang pemimpin di antara orang-orang Quraisy, sangat kaya dan menghormati Ka'bah. Sekali dua tahun, ia menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji ia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Nabi berharap agar Walid masuk Islam. Jika ia masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya. Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Ucapan ini memberi harapan bagi Nabi. Tapi harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri, takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy menghalanginya untuk menuruti hati nuraninya.
Latihan Pertama
Khalid mengikuti kegemarannya, yaitu adu tinju dan berkelahi. Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa ia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanak, Khalid terlihat menonjol diantara teman-temannya. Lama kelamaan, menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Sejak kecil, Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi gila. Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun merasakan pahitnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud.
Di bukit Uhud masih ada suatu tanah genting, di mana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana pun, jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tapi mereka ragu-ragu mengingat kekalahan di Perang Badar. Membuat hati mereka menjadi kecil menghadapi orang-orang Islam.. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah dan lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang di Uhud. Saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy, Khalid bin Walid tidak goncang. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas di tanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ke tanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisy yang kalah. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan telah disulap menjadi kemenangan.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dengan perjuangan jihad. Dalam banyak peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid di medan perang tidak tercapai, Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemauan-Nya.

Read more...

Belajar dari Burung Hud



Kalau kita membaca Al Qur’an, kita akan mendapati kisah seekor burung yang melakukan kerja dakwah tanpa menunggu perintah terlebih dahulu. Ia mengintai aktivitas suatu kaum yang dengan sebab kabar itulah, segolongan umat mendapat hidayah Allah dan masuk Islam.

Allah berfirman dalam surah An-Naml (27:20-23): ”Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata,”Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata,”Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan ku bawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seseorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta menpunyai singgasana yang besar”. (An-Naml/27:20-23)
Tindakan burung hud-hud jangan dijadikan dalil untuk tasayyub (lepas control), tetapi harus dipahami dengan positif bahwa yang dilakukan burung Hud-hud merupakan tindakan memanfaatkan furshah (peluang) untuk menjalankan misi dakwah.
Burung Hud-hud tidak keluar dari tujuan jamaah dan sarananya, tidak melanggar prinsip-prinsip umum untuk mengabaikan perintah lainnya yang lebih utama. Tetapi kisah ini menunujukkan bahwa pada diri prajurit terdapat ciri yaqzhah (selalu sadar akan misi), diqqah (teliti) dalam beramal dan semangat untuk menyadarkan kaum.
Kecerdasan dan kecemerlangan berfikir burung Hud-hud tersebut dimanfaatkan untuk mengambil kesempatan untuk mencari berita dan kabar suatu kaum karena ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah Islam kepada mereka, mengajak mereka untuk mentauhidkan Allah disertai dengan tindakan yang bijak, presentasi yang gemilang serta keberanian dalam mengeluarkan uzur.
Kisah ini banyak mengandung hikmah, diantaranya:
1. Seorang dai tentu lebih mulia dari seekor burung Hud-hud yang memiliki inisiatif positif dan mencari-cari kebaikan. Seorang dai lagi mukmin lebih terpanggil untuk berinisiatif dan melakukan perbuatan baik tanpa harus menunggu perintah.
2. Dalam suatu kerja-kerja dakwah, tidak seluruh rencana dan program dapat dikerjakan dan dimutaba’ahi, karena pengarahan terhadap semua perintah dan kebijakan adalah lebih diutamakan. Kita dapat menyimak bahwa Nabi Sulaiman a.s. yang dikuatkan dengan wahyu Allah
dan ditunjukkan untuknya jin dan burung-burung tidak mampu menyerap semua informasi. Karenanya ia memerlukan sedikit informasi dari burung yang kecil secara positif merupakan masukan terbesar bagi dakwah.
3. Kalaulah bukan karena ijabiyah burung Hud-hud, maka uzur dan alasannya pasti tidak akan diterima, karena loyalitas terhadap jamaah menuntut kita untuk melaksanakan amal dan kerja sebaik mungkin. Tidak menjadi keharusan anggota jamaah melaksanakan perintah saja, tetapi amal dan kerja yang dilakukan harus memiliki bobot yang memadai untuk tercapainya tujuan dakwah.
4. Untuk para mas’ulin dan qiyadyyin, juga dapat mengambil beberapa pelajaran, diantaranya:
• Tafaqqadul amiir lil atba’ (rasa kehilangan seorang pemimpin terhadap pengikutnya). Seorang mas’ul harus memperhatikan siapa yang tidak hadir dalam setiap pertemuan dan kegiatan.
• Akhdzul amri bil hazm (sangat perhatian terhadap perkara). Seorang pemimpin harus memilki haibah (wibawa) di hadapan pengikutnya dengan menyatakan sikap tegasnya dihadapan para pengikutnya.
• Muhasabah (evaluasi). Seorang mas’ul harus berinisiatif untuk mengevaluasi proses tarbiyah dan hasil perjalanan tarbiyah yang diperoleh.
• Tabayyamul ‘udzr (klarifikasi uzur). Mengklarifikasi alasan keuzuran binaan agar penyikapan dan perlakuan yang diambil akan lebih berdampak positif.
• Taqdir kulli udhwin (menghargai masing-msing anggota). Seperti Nabi Sulaiman a.s. yang gusar atas ketidakhadiran burung hud-hud. Padahal ia hanyalah seekor burung kecil dan masih banyak pengikut dari nabi Sulaiman a.s. yang lebih besar dan berkualitas. Begitu pula dalam suatu jamaah, seorang anggota, betapapun kondisinya harus dihargai sebagai anggota dan tidak boleh dipandang sebelah mata.
5. Dengan kerja yang kelihatan kecil, hanya sekedar mengetahui kondisi keagamaan suatu kaum, dapat menghasilkan prestasi besar yaitu keislaman Ratu dan rakyatnya.
Ikhwafillah…
Dengan sikap ijabiyah seorang dai, akan banyak amalan Islam yang dapat dihasilkan seiring dengan hasil yang gemilang. Di antaranya adalah dengan merasa kurang di hadapan Allah SWT dalam menjalankan semua kewajiban yang telah dibebankan kepadanya, maka akan muncul rasa pada diri seorang mukmin untuk berusaha mengerjakan satu kewajiban dengan sebaik-baiknya dengan niat yang lurus.
Diantara sikap ijabiyah adalah tidak meremehkan perkara yang kecil, karena seringkali sesuatu yang besar menjadi kecil nilainya karena niat yang kurang ikhlas dan kadang beberapa kalimat akan mendatangkan kebaikan yang banyak karena niat dan keluar dari hati yang ikhlas.
Seperti yang ditegaskan oleh Rasulullah pada hadist yang diceritakan oleh Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda: ”Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu, perintahmu mengerjakan kebaikan dan mencegah kemungkaranadalah sedekah bagimu, kamu menunjuki orang yang tersesat juga merupakan sedekah bagimu, membantu orang yang kurang penglihatannya juga merupakan sedekah bagimu, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan juga merupakan sedekah bagimu, kamu menuangkan air dari timbamu ke timba saudaramu juga merupakan sedekah bagimu”. (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Karena itu janganlah kikir untuk mengajak bicara keluarganya, bercakap-cakap dengan anak-anak, memberikan senyuman kepada tetangga, atau bahkan memberikan nasihat kepada teman atau sahabat.
Ikhwafillah…
Dalam konteks amar ma’ruf nahi mungkar, kita mungkin akan menemukan medan dan lapanganya yang cukup luas dan lebar. Dimana kita akan menemukan setiap hari fenomena atau suasana kemungkaran yang mesti kita hilangkan dari masyarakat.
Atau bahkan bagi mereka yang kerap mengadakan perjalanan ke daerah atau pelosok dan menemukan informasi tersebut dapat menjadi pintu untuk proyek dakwah yang lebih efektif, maka itu juga bagian dari ijabiyah yang diperankan oleh seorang dai.

Read more...

Info

Jambore Kepanduan Dapil 6
(Sidrap, Pinrang, enrekang, Tana Toraja)
Tanggal 28 Feb-01 Mar 2009

Bagi teman-teman yang ingin bergabung bersama Barisan PanduKeadilan dan Santika, silahkan menghubungi Korda di daerahnya masing-masing.
Contact Person:
DPD Makassar: 0411-4107734
DDP Maros: 0811467372
DPD Pangkep: 085255785013
DPD Gowa: 081355286345
DPD Takalar: 085255924745


  © Blogger templates ProBlogger Template by WAWAN KARUNIAWAN 2009

Back to TOP