Friday, February 6, 2009

Belajar dari Burung Hud



Kalau kita membaca Al Qur’an, kita akan mendapati kisah seekor burung yang melakukan kerja dakwah tanpa menunggu perintah terlebih dahulu. Ia mengintai aktivitas suatu kaum yang dengan sebab kabar itulah, segolongan umat mendapat hidayah Allah dan masuk Islam.

Allah berfirman dalam surah An-Naml (27:20-23): ”Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata,”Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata,”Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan ku bawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seseorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta menpunyai singgasana yang besar”. (An-Naml/27:20-23)
Tindakan burung hud-hud jangan dijadikan dalil untuk tasayyub (lepas control), tetapi harus dipahami dengan positif bahwa yang dilakukan burung Hud-hud merupakan tindakan memanfaatkan furshah (peluang) untuk menjalankan misi dakwah.
Burung Hud-hud tidak keluar dari tujuan jamaah dan sarananya, tidak melanggar prinsip-prinsip umum untuk mengabaikan perintah lainnya yang lebih utama. Tetapi kisah ini menunujukkan bahwa pada diri prajurit terdapat ciri yaqzhah (selalu sadar akan misi), diqqah (teliti) dalam beramal dan semangat untuk menyadarkan kaum.
Kecerdasan dan kecemerlangan berfikir burung Hud-hud tersebut dimanfaatkan untuk mengambil kesempatan untuk mencari berita dan kabar suatu kaum karena ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah Islam kepada mereka, mengajak mereka untuk mentauhidkan Allah disertai dengan tindakan yang bijak, presentasi yang gemilang serta keberanian dalam mengeluarkan uzur.
Kisah ini banyak mengandung hikmah, diantaranya:
1. Seorang dai tentu lebih mulia dari seekor burung Hud-hud yang memiliki inisiatif positif dan mencari-cari kebaikan. Seorang dai lagi mukmin lebih terpanggil untuk berinisiatif dan melakukan perbuatan baik tanpa harus menunggu perintah.
2. Dalam suatu kerja-kerja dakwah, tidak seluruh rencana dan program dapat dikerjakan dan dimutaba’ahi, karena pengarahan terhadap semua perintah dan kebijakan adalah lebih diutamakan. Kita dapat menyimak bahwa Nabi Sulaiman a.s. yang dikuatkan dengan wahyu Allah
dan ditunjukkan untuknya jin dan burung-burung tidak mampu menyerap semua informasi. Karenanya ia memerlukan sedikit informasi dari burung yang kecil secara positif merupakan masukan terbesar bagi dakwah.
3. Kalaulah bukan karena ijabiyah burung Hud-hud, maka uzur dan alasannya pasti tidak akan diterima, karena loyalitas terhadap jamaah menuntut kita untuk melaksanakan amal dan kerja sebaik mungkin. Tidak menjadi keharusan anggota jamaah melaksanakan perintah saja, tetapi amal dan kerja yang dilakukan harus memiliki bobot yang memadai untuk tercapainya tujuan dakwah.
4. Untuk para mas’ulin dan qiyadyyin, juga dapat mengambil beberapa pelajaran, diantaranya:
• Tafaqqadul amiir lil atba’ (rasa kehilangan seorang pemimpin terhadap pengikutnya). Seorang mas’ul harus memperhatikan siapa yang tidak hadir dalam setiap pertemuan dan kegiatan.
• Akhdzul amri bil hazm (sangat perhatian terhadap perkara). Seorang pemimpin harus memilki haibah (wibawa) di hadapan pengikutnya dengan menyatakan sikap tegasnya dihadapan para pengikutnya.
• Muhasabah (evaluasi). Seorang mas’ul harus berinisiatif untuk mengevaluasi proses tarbiyah dan hasil perjalanan tarbiyah yang diperoleh.
• Tabayyamul ‘udzr (klarifikasi uzur). Mengklarifikasi alasan keuzuran binaan agar penyikapan dan perlakuan yang diambil akan lebih berdampak positif.
• Taqdir kulli udhwin (menghargai masing-msing anggota). Seperti Nabi Sulaiman a.s. yang gusar atas ketidakhadiran burung hud-hud. Padahal ia hanyalah seekor burung kecil dan masih banyak pengikut dari nabi Sulaiman a.s. yang lebih besar dan berkualitas. Begitu pula dalam suatu jamaah, seorang anggota, betapapun kondisinya harus dihargai sebagai anggota dan tidak boleh dipandang sebelah mata.
5. Dengan kerja yang kelihatan kecil, hanya sekedar mengetahui kondisi keagamaan suatu kaum, dapat menghasilkan prestasi besar yaitu keislaman Ratu dan rakyatnya.
Ikhwafillah…
Dengan sikap ijabiyah seorang dai, akan banyak amalan Islam yang dapat dihasilkan seiring dengan hasil yang gemilang. Di antaranya adalah dengan merasa kurang di hadapan Allah SWT dalam menjalankan semua kewajiban yang telah dibebankan kepadanya, maka akan muncul rasa pada diri seorang mukmin untuk berusaha mengerjakan satu kewajiban dengan sebaik-baiknya dengan niat yang lurus.
Diantara sikap ijabiyah adalah tidak meremehkan perkara yang kecil, karena seringkali sesuatu yang besar menjadi kecil nilainya karena niat yang kurang ikhlas dan kadang beberapa kalimat akan mendatangkan kebaikan yang banyak karena niat dan keluar dari hati yang ikhlas.
Seperti yang ditegaskan oleh Rasulullah pada hadist yang diceritakan oleh Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda: ”Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu, perintahmu mengerjakan kebaikan dan mencegah kemungkaranadalah sedekah bagimu, kamu menunjuki orang yang tersesat juga merupakan sedekah bagimu, membantu orang yang kurang penglihatannya juga merupakan sedekah bagimu, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan juga merupakan sedekah bagimu, kamu menuangkan air dari timbamu ke timba saudaramu juga merupakan sedekah bagimu”. (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Karena itu janganlah kikir untuk mengajak bicara keluarganya, bercakap-cakap dengan anak-anak, memberikan senyuman kepada tetangga, atau bahkan memberikan nasihat kepada teman atau sahabat.
Ikhwafillah…
Dalam konteks amar ma’ruf nahi mungkar, kita mungkin akan menemukan medan dan lapanganya yang cukup luas dan lebar. Dimana kita akan menemukan setiap hari fenomena atau suasana kemungkaran yang mesti kita hilangkan dari masyarakat.
Atau bahkan bagi mereka yang kerap mengadakan perjalanan ke daerah atau pelosok dan menemukan informasi tersebut dapat menjadi pintu untuk proyek dakwah yang lebih efektif, maka itu juga bagian dari ijabiyah yang diperankan oleh seorang dai.

0 komentar:

Info

Jambore Kepanduan Dapil 6
(Sidrap, Pinrang, enrekang, Tana Toraja)
Tanggal 28 Feb-01 Mar 2009

Bagi teman-teman yang ingin bergabung bersama Barisan PanduKeadilan dan Santika, silahkan menghubungi Korda di daerahnya masing-masing.
Contact Person:
DPD Makassar: 0411-4107734
DDP Maros: 0811467372
DPD Pangkep: 085255785013
DPD Gowa: 081355286345
DPD Takalar: 085255924745


  © Blogger templates ProBlogger Template by WAWAN KARUNIAWAN 2009

Back to TOP